Jumat, 29 Oktober 2010

MENGAPA KITA MASIH PERLU ANAK MUDA UNTUK MENGAWAL PERUBAHAN........???

Sebuah ajakan untuk tetap berkomitmen di sisi rakyat
“Ombak-ombak yang tenang tidak akan pernah membuat pelaut-pelaut menjadi tangguh”
(Trotsky)
Judul tulisan ini setidaknya ingin merefleksikan beberapa hal, ini didasari sepengalaman penulis melihat fenomena menarik seputar partisipasi masyarakat khususnya kaum muda ( Gerakan pelajar, mahasiswa, dan elemen pemuda lainnya) dalam proses dinamika masyarakat yang mengalami ”kelesuan” berbuat.
Dalam catatan sejarah kita pernah tahu peristiwa pertentangan antara Soekarno, Syahril dan Tan malaka yang merupkan tokoh pemuda pada saat itu. Ketiga tokoh pergerakan nasional ini memiliki pandangan yang berbeda terhadap metode dan cara bagaimana mendorong perubahan bagi bangsa indonesia yang masih terkungkung dalam penjajahan. Soekarno memilih jalan pendidikan sebagai jalan pencerdasan bagi kader bangsa, sekolah dan organisasi merupakan konsekuensi dari pilihan ini, sehingga proses perubahan ini berada di bahu para kaum terpelajar melaui organisasi-organisasi pemuda. Sementara Syahril memilih sektor ekonomi sebagai jalan untuk bangkit dari keterpurukan, adalah wajar ketika Syahril gagal dalam menjaga jarak dengan negara-negara besar seperti Amerika sebagai kekuatan dominan ekonomi dunia. Sementara Tan malaka memilih jalan radikalisasi rakyat dengan pendekatan penyadaran dan perngornisasian langsung melalui basis-basis utama kekuatan rakyat, sehingga petani, buruh dan kaum miskin perkotaan terkonsentrasi melalui serikat petani, buruh dan serikat pekerja lainnya yang bergerak dan memobilisir melawan penjajah yang menindas.
Perdebatan ketiga tokoh besar yang pernah dimiliki bangsa indonesia ini sesunguhnya bertemu pada satu titik yaitu komitmen para tokoh muda ini untuk tetap berjuang demi kepentingan bangsa dan negaranya. Perbedaan pandangan dan metode perjuangan mereka bawa dan kembalika pada proses dan tujuan untuk siapa sesunggunya perjuangan ini ada.
Peristiwa perdebatan ketiga tokoh nasional diatas mengajarkan kepada kita bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk berbuat. Begitupun hari ketika problem-problem sosial menyeruak ditengah ditengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang menuntut penyikapan kaum muda. Sebut saja persoalan regenerasi kepemimpinan didaerah misalnya, dimana kaum muda seharusnya tampil dalam moment ini karena terkait tanggung jawab kepemudaan. Bukankah dari dulu itu kepemimpinan bangsa ini dipegang oleh kaum muda progresif...? Akan tetapi persoalannya adalah basis keberpihakan kelompok muda patut dipertanyakan, karena tanpa basis keberpihan yang jelas partisifasi kelompok muda ini sebut saja dalam momentum Pilkada misalnya yang akhirnya tidak lebih dari sekedar dukung mendukung salah satu kandidat tanpa mampu merumuskan suatu visi kerakyatan yang berbasis kepentingan masyarakat banyak.
Fenomena seperti ini sangat ironis ketika sebagian masyarakat masih gagal membangun independensi dirinya disatu sisi sementara di sisi yang lain kualitas wakil rakyat yang selama ini menjadi representasi kepentingan masyarakat masih dipertanyakan. Persoalannya kemudian adalah kepada siapa masyarakat seharusnya berharap akan datangnya perubahan yang dapat menghadirkan suatu keadaan yang lebih baik. Jawabanya tentu terletak pada seberapa besar komitmen kaum mudanya untuk menghadirkan perubahan itu serta ketepatannya dalam menentukan basis keberpihakan sehinggga tidak terjebak dengan pragmatisme politik semata.
Setidaknya ada 3 alasan mengapa kaum muda sekali lagi ”wajib” untuk terus menghadirkan serta mengawal perubahan-perubahan: pertama; alasan Kesejarahan, kaum muda merupakan pelopor perubahan dalam sejarah manapun, bahkan dalam tradisi kenabian sekalipun, selalu diembankan kepada anak muda yang dapat gigih berjuang meski menghadapi ribuan rintangan, hal inilah yang harus dilanjutkan sebagai sebuah tanggung jawab kesejarahan. Kedua; alasan intelektualisme yang dimiliki oleh kaum muda (terutama pelajar dan mahasiswa), dimana modal intelektual ini setidaknya dapat menempatkan kaum muda sebagai kelompok yang dapat membaca dan memberi penyelesaian terhadap persoalan. Tetapi intelektualisme kembali harus ada untuk kepentingan rakyat banyak, karena tanpa itu intelektualisme akan terjebak sebagai alat kekuasaan yang akhirnya akan menyesengsarakan rakyat. Ketiga; alasan dimana tidak ada alasan untuk melimpahkan tanggung jawab perubahan ini kepada pihak manapun kecuali kelompok muda progresif yang memiliki komitmen melebihi komitmen kelompok manapun. Hal ini sekaligus sebagai catatan penting karena tanpa kelompok muda ini sesungguhnya sulit untuk mengharapkan perubahan melihat sulitnya mengukur komitmen dari kelompok-kelompok lain diluar kelompok muda progresif ini.
§ Ditulis Oleh: Sekjend PB HMPPT- OKI

Senin, 12 Juli 2010

andai aku bisa

mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti
mungkin aku tak sengaja jg menyakiti
andai aku tau isi hatimu
andai kesempatan itu datang lagi padaku
sekarang mustahil bagiku
bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu
sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku
dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku
aku tau cinta ini sudah tak laku
tapi biarkan cinta ini aku miliki
biarkan cinta ni menjadi bebanku
aku tak peduli
meski menghambat jalanku
aku tau mencintaimu adalah tak pasti


Tetesan embun nan bening
Menghias pagi yang hening
Kicauan burung nan indah
Menghibur hati yag gelisah
Gelisah karena dosa
Yang membuat hati semakin tersiksa
Membuat mata seakan buta
Membuat lidah tak mampu bicara
Ku sadar....
Dosa ini terlalu besar
Tapi ku juga sadar
Ampunan Robbku jauh lebih besar
Bagi mereka yang mau bertaubat
Kembali ke jalan yag benar

Entah sampai kapan ku bisa bertahan
menjaga seutuhnya kasih sayangku
meski dia bukan milikku,aku bahagia..
Meski aku tak sesempurna seperti yang dia minta
aku tetap bertahan

dimanapun aku menatap dunia
yang terbayang hanya senyum terindahnya
bahkan saat aku tak bisa lagi menatap dunia
kuharap aku bisa merasakan hangat canda tawanya

selamanya aku menunggu
hingga dia menyadari akan kasih tulusku

Kalau aku hanya bisa menjadi temanmu
Kalau hanya itu tempat untukku dihatimu
Kan kuterima itu dengan bangga
Kubuktikan diriku yang terbaik untuk menjalaninya

Kan kuberikan kepadamu bahuku untuk tempat mengadu
Kan kutunjukkan betapa pedulinya aku padamu
Aku kan selalu siap saat kau membutuhkanku
Aku akan selalu berada didekatmu

Kalau aku hanya bisa menjadi temanmu
Yang mendengar saat kau menangis
Kan kuterima itu dengan bangga
Kan kujalani dengan suka cita

Cintaku padamu lebih dalam
Daripada yang akan pernah kau sadari
Tanpa mengharapkan kau mencintaiku
Untuk itu mesti ku biarkan kau berlalu

Kau perlu waktu untuk menemukan tujuanmu
Kau perlu waktu untuk merenungkan pikiranmu
Tapi, saat perjalananmu berakhir
Dan jalur yang kau tempuh selesai sudah

Ingatlah aku sahabat baikmu
Yang mencintaimu sejak awal mula